muqadimah


Bismillahirohmanirohim,
Segala puji bagi Allah yang apabila Ia kehendaki suatu petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah,maka tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah,tiada sekutu baginya Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adlah utusanNya.

Minggu, 10 Mei 2015

hijrahku



bismillah

       Ad suatu kisah, yang aku anggap ini adalah PR kita untuk didiskusikan atau dievaluasi, saya harap jangan hanya dilihat atau dibaca aja, tapi dipikir dalam-dalam dan silahkan memberi solusi.

           Sengaja tulisan ini tidak diberi kesimpulan, tujuannya khusus membuka pikiran dari teman-teman,
 
           Suatu hari ada sekelompok orang sedang melingkar, bahasa melingkar artinya disana ada guru agama biasanya setahun atau duatahun lebih tua,sering disebut ‘murobbi’ dan adek-adek yang sering disebut “mutarobi”
           Pada lingkaran tersebut membahas tentang apa saja yang berkaitan dengan kehidupan agama, ya beruntung kalau tidk mengkaitkan suatu  parpol, pada saat itu berlangsung di taman masjid kampus , yang Qadarullah di masjid itu juga ada kajian, dari situ aku berpikir kenapa gak sama-sama masuk saja dan duduk belajar bareng, jadi,guru tadi sama adek-adeknya  menyatu angkatan sama-sama menjadi mutarobi kuberanikan bertanya  pada salah seorang  mbak yang  pernah ‘nutor’
saya tanya “kenapa gak masuk ke masjid aja?, apalagi ustadnya sepertinya lebih memadai ilmu Din-nya, dikenal dengan hafalannya yang yahut, lulusan Madinah pula,” lalu mbak ini menyahut “ya karena urusannya berbeda” , aku dibuat  bingung dengan jawaban itu.. urusan yang mana yang dimaksud?

          Dan lagi, aku juga pernah mendengar cerita, tidak hanya mendengar  ding tapi aku sendiri ada didalamnya,sepulang dari melingkar,  kami berjalan menuju parkiran, disana ada sepasang  kekasih halal, ada salah seorang kawanku nyeletuk “nikah muda, gimana menurutmu?” “bla..bla..bla “ jawaban salah satu temanku , pada ujung pernyataan selalu aku dengar , “kalau cinta, datangi murobbi-ku” lagi-lagi aku dibingungkan dengan pernyataan itu,seakan akan murobi itu penting  ikut andil dalam masalah jodoh.
waktu itu aku sholat di maskam U**  dalam masjid ada kajian, kajian itu membahas tentang cinta hakiki,atau apa ya, sedikit lupa pokoknya saat itu aku ngajinya enggak sengaja,tapi aku yakin bahwa Allah menyengajakan untukku, ustad berkata bahwa jalan ta’aruf itu begini dan begitu disebutkan dalil yang sohih, aku ingat-ingat betul bahwa disana tidak menyebutkan “datangi guru ngajinya” sependek ingatanku “datangi orangtuanya, sampaikan maksud”
          
         Jadi kalau dipikir dengan  manusiawi, pernyataan “datengin murobi” yang sering aku dengar itu jadi pertanyaan : merasa tertohok gak sih, kalau murobinya saja belum nikah lalu si ikhwan ini yang seumuran dengan dirinya tiba-tiba bilang “eh, aku pingin nikah...” terus murobinya ini kaget, lalu bayangannya udah kemana-mana,lalu jantungnya terasa lepas  tapi kata selanjutnya “sama  si ukhti ini,mutarobimu, diizinin ya...” lalu si mutarobinya ini langsung entah bagaimana aku harus menggambarkannya.
Dan masih banyak hal lain yang susah untuk dituliskan,

        Aku berpikir bahwa aku punya mesin sendiri , tidak perlu diremot untuk berjalan, tidak perlu diseting oranglain untuk melakukan sesuatu,
Secara diam aku ngaji diluar liqo’,dan aku lakukan tanpa paksaan siapapun,tanpa disuruh siapapun, aku datang dengan hati yang kosong, harapanku pulang dari ngaji itu hati terisi, karen untuk menunggu jadwal seminggu sekali yang kadang juga gak terlaksanakan itu hatinya bisa mengering ..

.
Seperti kata paling atas bahwa tulisan ini tidak diberi kesimpulan,..


Tapi aku nyatakan bahwa sekarang  aku  telah berhijrah, Aku selalu berdoa agar Allah tidak merubahku lagi,kecuali dengan perubahan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar antunna, adalah kemajuan untuk karya-karya ana.